Perayaan tahun baru masehi sama halnya dengan berbagai peristiwa
besar lainnya yang memiliki latar belakang sejarah maupun kebudayaan.
Terlepas dari boleh tidaknya merayakan tahun baru, tulisan kali ini
hanya ingin mengulas perayaan momentum akhir tahun tersebut dilihat dari
aspek historisnya.
Tahun 2015 tinggal menghitung hari, dan
sebentar lagi akan menjadi “kenangan” berganti tantangan dan peluang di
2016 setelah setahun penuh kita hidup, beraktivitas, dan menjalankan segala rutinitas yang ada.
Penanggalan
tahun baru masehi bermula dari konsep seorang pemimpin militer
sekaligus politikus asal Romawi, Julius Caesar. Tahun baru kemudian
pertama kali dirayakan pada 1 Januari 45 SM, Bertepatan dengan
diangkatnya Caesar sebagai kaisar Romawi.
Sebenarnya bangsa Romawi sejak abad ketujuh SM telah melakukan
penanggalan tradisional untuk menghitung jumlah hari dan tahun. Namun,
Caesar kemudian melakukan pembaharuan bersama dengan rekannya, seorang
ahli Astronomi dari Iskandariyah yang bernama Sosigenes.
Selanjutnya,
Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat
hari oleh Sosigenes berdasarkan revolusi matahari.
Seiring dengan
berjalannya waktu perayaan tahun baru 1 Januari itu kemudian menjadi
tradisi yang terus diwariskan secara turun temurun. Tahun baru masehi
ini kemudian dijadikan sebagai salah satu hari suci dalam kaidah teologi
agama nasrani yang dikaitkan dengan kelahiran Al masih putra Maryam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar