Selasa, 26 Januari 2016

Memaknai Tahun Baru Dari Perspektif Sejarah

Perayaan tahun baru masehi sama halnya dengan berbagai peristiwa besar lainnya yang memiliki latar belakang sejarah maupun kebudayaan. Terlepas dari boleh tidaknya merayakan tahun baru, tulisan kali ini hanya ingin mengulas perayaan momentum akhir tahun tersebut dilihat dari aspek historisnya.
Tahun 2015 tinggal menghitung hari, dan sebentar lagi akan menjadi “kenangan” berganti tantangan dan peluang di 2016 setelah setahun penuh kita hidup, beraktivitas, dan menjalankan segala rutinitas yang ada.
Penanggalan tahun baru masehi bermula dari konsep seorang pemimpin militer sekaligus politikus asal Romawi, Julius Caesar. Tahun baru kemudian pertama kali dirayakan pada 1 Januari 45 SM, Bertepatan dengan diangkatnya Caesar sebagai kaisar Romawi.
Sebenarnya bangsa Romawi sejak abad ketujuh SM telah melakukan penanggalan tradisional untuk menghitung jumlah hari dan tahun. Namun, Caesar kemudian melakukan pembaharuan bersama dengan rekannya, seorang ahli Astronomi dari Iskandariyah yang bernama Sosigenes.
Selanjutnya, Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari oleh Sosigenes berdasarkan revolusi matahari.
Seiring dengan berjalannya waktu perayaan tahun baru 1 Januari itu kemudian menjadi tradisi yang terus diwariskan secara turun temurun. Tahun baru masehi ini kemudian dijadikan sebagai salah satu hari suci dalam kaidah teologi agama nasrani yang dikaitkan dengan kelahiran Al masih putra Maryam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar